Stroberi, Segar & Melindungi

medium_khasiat-stroberi-untuk-kulit_20120809_big__20120809181503_vino_cms_

Fitri Handayani     STROBERI bukan cuma segar buat dikonsumsi. Ekstrak buah stroberi juga bisa jadi bahan utama pelindung kulit dari kerusakan akibat sinar ultraviolet.

Hasil penelitian terbaru Universitas Politecnia delle Marche, Italia, menunjukkan kalau ekstrak stroberi punya kemampuan memberikan perlindungan terhadap radiasi ultraviolet dan mengurangi kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari.
“Ekstrak stroberi punya kemampuan sangat baik melindungi kulit manusia,” kata Maurizio Battino, salah seorang peneliti, seperti dilansir Dailymail.
Menurut Battino ekstrak stroberi juga punya kemampuan melawan kerusakan sel-sel kulit yang telah terkontaminasi sinar ultraviolet A (UV A).
“Meski sinar UV A kurang kuat dibandingkan UV B, paparannya mampu menembus lebih dalam pada bagian kulit dan membuat prematur usia kulit. Sedangkan UV B yang diserap lapisan atas kulit melepaskan bahan kimia yang menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan kemerahan,” jelas Battino.
Dari data penelitian itu diketahui pula ekstrak stroberi, terutama pada konsentrasi 0,5 ml, dapat melindungi kulit dari radiasi UV A.
Ekstrak stroberi juga dinilai bisa meningkatkan kelangsungan hidup sel dan penurunan kerusakan DNA. Itu terlihat dari percobaan sel kulit yang dilindungi ekstrak stroberi dan tidak.

Garam Berlebih Picu Kematian Dini

medium_garam-berlebih-pemicu-kematian-dini_20120729_big__20120729041613_vino_cms_Fitri Handayani SETIAP manusia butuh 350 mg sodium atau garam tiap harinya. Tapi, pemakaian garam berlebihan juga tak baik, bahkan bisa menyebabkan kematian dini.

“Pemakaian garam berlebih dalam makanan merupakan salah 1 penyebab utama tekanan darah naik dan berujung pada kematian. Sangat banyak bukti tentang bahaya garam yang menyebabkan kematian dini,” ungkap Graham MacGregor, Profesor Kedokteran Kardiovaskular di Queen Mary, University of London seperti dilansir dari LiveScience.

Banyak orang mengonsumsi sodium sekitar 3.500 mg setiap harinya. Sebagian besar sodium itu berasal dari makanan ringan yang kadar garamnya tak disadari para konsumennya. Seperti sekantung keripik kentang, sepotong roti, atau semangkuk sereal yang mengandung lebih dari 250 mg sodium.

Penggunaan sodium terbesar terdapat pada sayur kalengan, seperti sup kalengan dan makanan beku lainnya. Makan itu masing-masing mengandung sekitar 1.000 mg sodium. Lebih parah lagi makanan cepat saji berisi lebih dari 2.000 mg sodium untuk setiap porsinya.

Hal itu wajib diperhatikan konsumen. Para peneliti dan ahli gizi sendiri sebenarnya sudah berusaha mengurangi penggunaan garam berlebih dengan cara merekomendasikan produsen makanan untuk mengurangi penggunaan garam. Hal itu dilakukan secara bertahap, baik melalui kesepakatan sukarela atau mengikuti peraturan pemerintah.

MacGregor sendiri masih menduga banyak perusahaan yang tak rela melakukannya karena insentif industrinya kecil.

“Garam membuat makanan yang buruk dan murah menjadi lebih baik,” jelasnya seperti dilansir.

Selain itu, garam juga merupakan pendorong utama dalam industri minuman pabrikan. Padahal, minuman pabrik mengandung senyawa yang bisa meningkatkan jumlah pengikat air dalam daging yang berkemungkinan terdapat lemak berlebih dengan harga jual yang lebih rendah.

Penurunan asupan atau pemakaian secara bertahap, memang dibutuhkan karena mayoritas orang Indonesia terbiasa hidup dengan garam.

Mary L’Abbe dari University of Toronto pun merekomendasikan pengurangan pemakaian garam harian. Salah satunya dengan sarapan sereal rendah sodium dapat memberikan kalori 25%, 20% gula, dan 70% lemak.

“Pengurangan garam sederhana dapat memberikan keuntungan besar. Sebagian orang berisiko mengalami tekanan darah tinggi dan para calon penderita itu akan berada pada tahap dimana diet rendah garam dapat menurunkan risiko itu,” ujar L’Abbe.